
Perbedaan struktur kalimat jepang dan indonesia
Perbedaan struktur kalimat jepang dan indonesia – Saat belajar bahasa asing, memahami struktur kalimat adalah langkah awal yang sangat penting. Salah satu bahasa yang cukup unik secara struktur adalah bahasa Jepang. Jika dibandingkan dengan bahasa Indonesia, perbedaan dalam urutan dan logika kalimatnya cukup signifikan. Maka dari itu, memahami perbedaan struktur kalimat Jepang dan Indonesia akan sangat membantumu dalam proses belajar dan menghindari kesalahan umum.
Artikel ini akan membahas secara sederhana perbedaan struktur dasar kalimat kedua bahasa ini, lengkap dengan contoh, penjelasan, dan tips praktis.
Perbedaan struktur kalimat jepang dan indonesia

1. Urutan Struktur Kalimat: S-P-O vs S-O-V
Perbedaan utama antara bahasa Indonesia dan Jepang adalah urutan susunan kalimat.
Bahasa Indonesia: Subjek – Predikat – Objek (S-P-O)
Contoh:
Saya makan nasi.
→ Saya = subjek, makan = predikat, nasi = objek.
Bahasa Jepang: Subjek – Objek – Predikat (S-O-V)
Contoh:
Watashi wa gohan o tabemasu.
→ Watashi (saya) = subjek, gohan (nasi) = objek, tabemasu (makan) = predikat.
Perbandingan langsung:
-
Indonesia: Saya [subjek] makan [predikat] nasi [objek].
-
Jepang: Saya [subjek] nasi [objek] makan [predikat].
👉 Predikat selalu di akhir kalimat dalam bahasa Jepang, sedangkan di Indonesia ada di tengah.
2. Partikel sebagai Penanda Fungsi
Bahasa Indonesia tidak menggunakan partikel penanda fungsi, karena urutan kata sudah cukup menjelaskan. Namun dalam bahasa Jepang, partikel sangat penting.
Contoh Partikel Umum:
-
は (wa) → Menandai subjek/topik
-
を (o) → Menandai objek
-
に (ni) → Menandai tempat/waktu tujuan
-
で (de) → Menandai tempat terjadinya aktivitas
Contoh:
-
Watashi wa gakkō ni ikimasu. → Saya pergi ke sekolah.
-
wa = saya sebagai topik
-
ni = ke (tempat tujuan)
-
3. Keterangan Waktu dan Tempat
Dalam bahasa Indonesia, keterangan waktu/tempat bisa muncul di awal, tengah, atau akhir kalimat. Dalam bahasa Jepang, keterangan biasanya diletakkan sebelum predikat.
Contoh:
-
Indonesia: Besok saya akan belajar di rumah.
-
Jepang: Ashita watashi wa uchi de benkyou shimasu.
→ Ashita (besok) + uchi de (di rumah) muncul sebelum benkyou shimasu (belajar).
4. Kalimat Tanpa Subjek Jelas
Bahasa Jepang sering menghilangkan subjek jika sudah jelas dari konteks. Bahasa Indonesia biasanya tetap menyebutkan subjek.
Contoh:
-
Jepang: Tabemasu. (Makan.)
-
Indonesia: Saya makan.
Jika sudah jelas siapa yang melakukan, bahasa Jepang tidak perlu menyebutkan “watashi” (saya) berulang-ulang.
5. Tidak Ada Konjugasi Kata Kerja dalam Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia tidak memiliki konjugasi kata kerja berdasarkan waktu. Bahasa Jepang punya konjugasi formal dan informal, serta bentuk waktu (lampau, kini, negatif, dll).
Contoh:
-
Indonesia: Saya makan, saya sudah makan, saya tidak makan. (kata “makan” tetap)
-
Jepang:
-
Tabemasu (makan – sekarang/masa depan – formal)
-
Tabemashita (sudah makan – lampau – formal)
-
Tabemasen (tidak makan – negatif – formal)
-
6. Penggunaan Kata Ganti (Pronomina)
Bahasa Indonesia konsisten menggunakan kata ganti seperti “saya”, “kamu”, “dia”. Bahasa Jepang memiliki berbagai variasi kata ganti tergantung konteks sosial dan tingkat kesopanan.
Contoh kata “saya”:
-
Watashi (netral/formal)
-
Boku (digunakan pria, lebih santai)
-
Ore (kasual, maskulin)
7. Kalimat Bertanya dan Negasi
Bahasa Indonesia menggunakan kata tanya seperti “apa, siapa, kapan” di awal. Bahasa Jepang biasanya menambahkan partikel か (ka) di akhir untuk membuat pertanyaan.
Contoh:
-
Indonesia: Apakah kamu makan?
-
Jepang: Anata wa tabemasu ka?
Untuk negasi, bahasa Indonesia menambahkan kata “tidak” atau “bukan”. Bahasa Jepang mengganti konjugasi kata kerja ke bentuk negatif, misalnya tabemasen (tidak makan).
Kesimpulan
Perbedaan struktur kalimat antara bahasa Jepang dan Indonesia sangat mendasar, terutama dalam urutan kata dan penggunaan partikel. Bahasa Indonesia menggunakan struktur S-P-O yang lebih intuitif untuk penutur lokal, sementara bahasa Jepang menggunakan struktur S-O-V dan banyak bergantung pada partikel.
Namun dengan latihan dan pemahaman yang baik, kamu akan terbiasa menyusun kalimat dalam bahasa Jepang secara alami. Jangan khawatir jika awalnya terasa terbalik—semakin sering kamu praktik, semakin lancar kamu akan menguasainya.